Senin, 23 Juli 2012

POLA IBADAT SANTRI


Kehidupan ibadat santri di atur dalam waktu oleh sembayang lima kali. Ada tiga lembaga tempat sembahyang dilakukan secara khas yakni di :
1. Rumah
2. Langgar
3. Kampung dan Masjid desa.
Sembayang subuh,lohor, dan isya biasanya dilakukan di rumah, sembayang magrib sering dilakukan oleh orang laiki-laki, orang perempuan  selalu bersembayang di rumah dengan beberapa  teman  di langgar yang berdekatan, sembayang  jumat  selalu dilakukan di masjid  bersama seluruh umat desa. Ia adalah titik pertemuan sembahyang yang dipolakan secara duniawi karenake setiaan melakukan sembayanglah yang akhirnya menentukan santri bukannya seseorang. Kaum priyayi dan abangan hampir tak pernah melakukannya. Kelompok sosial menurut bagan berdasarkan ruang terdiri dari rumah tangga, tetangga, dan desa yang membentuk jemaah  islam desa

SEMBAHYANG
Sebenarnya, perkataan “prayer” (inggris) bukanlah terjemahan yang tepat untuk salat (juga disebut sembahyang), karena berbeda dengan sembahyang kristen. Salat ditetapkan sebagai waktunya tetapi juga bentuk dan isinya, karena perbedaan yang tajam antara ibadah wajib dan doa perorangan yang sukarela, yang mungkin dilakukan orang untuk memohon kepentingan sendiri, yang bisa dilakukan kapan saja, dengan bagaimana saja perumusan dan dalam bahasa jawa kuno bukan dalam bahasa jawa ara kalau orang menghendakinya. Dengan demikian salat lebih baik diterjemahkan dengan ritual incantation
      Bentuk salat di Indonesia sama saja dengan di negri islam lainnya yang mana pun juga.
      Para santri mengerjakan salat secara teratur tetapi mereka tidak berbeda dengan kecermatan mengerjakannya.

POLA SEMBAHYANG PETANI (DIDESA)
Pola sembahyang sesuai benar dengan siklus khas kehidupan kehidupan sehari-hari petani. Sembahyang pukul 5.00 pagi menyebabkan ia bangun pagi-pagi dan bekerja awal sekali. Tengah hari atau pukul 2.00 pekerjaan selesai dan sembahyang yang kedua bisa di kerjakan dan dilanjutkan makan dan tidur siang. Pada pukul 3.00 atau 4.00 sore ia bangun untuk sembahyang asar dan kemudian bisa balik lagi ke sawah kalau pekerjaannya sangat berat. Kemudian sembahyang magrib  dilaksanakan di langgar dan sembayang isya dilakukan setelah makan malam dan kemudian tidur

POLA SEMBAHYANG DIKOTA
Di kota, pola sembahyang tidak sebaik itu kesesuaiannya. Pekarjaan kota biasanya menimbulkan masalah dalam pelaksanaan sembahyang dengan benar dan tepat waktu Seorang santri mengatakan bahwa orang santri sering tidak suka masuk tentara karena tugas rutin militer sering menyulitkannya melaksanakan salat. Bagi kebanyakan santri, mengerjakan salat tidak demikian terpisah dari pertimbangan yang lebih duniawi seperti mencari makan, seperti tampaknya : seperti perbuatan orang katolik membuat tanda salib pada dirinya, sembahyang harian merupakan semacam reflek ritual yang menjamin baik kesejahteraan material maupun spiritual seseorang.
SALAT JUM’AT
Sembahyang jum’at berjamaah mencerminkan lambang kebersamaan  umat seluruh desa dan perasaan memiliki masjid sendiri sedemikian kuatnya, hingga orang yang berpindah dari desa ke kota yang berdekatan sering kembali ke masjid di desanya untuk sembahyang jum’at.
Khotbah pada Salat jum’at menjadi persoalan apakah harus diterjemahkan atau tidak masih menjadi masalah yang hangat. Kebanyakan masjid yang konservatif enggan melakukannya dan selalu menggunakan khotbah berbahasa arab yang ditulis bertahun-tahun yang lampau oleh seorang kiai jawa yang termasyur dari semarang.
PUASA
Dengungan dari pola salat-umat yang saling berkaitan yang mengalun dengan sangat rata sepanjang sebelas bulan dalam satu tahun dan membagi tiap hari dalam bagian-bagian yang sudah pasti menghimpun tetangga-tetangga santri tiap malam dan desa santri tiap jum’at, mencapai semacam kresendo (crescendo) pada Bulan Puasa, ketika kegiatan yang benar-benar bersifat keagamaan tiba-tibga meningkat dan kegiatan yang semata-mata sekuler dikendorkan.  Sesudah matahari terbenam setiap hari di bulan puasa setiap orang makan sekenyang-kenyangnya dan berkumpul di langgar atau di masjid kalau mereka tinggal di dekatnya untuk melakukan sembahyang malam dan sesudah itu traweh dan ndarus.
Traweh terdiri dari salat-salat tambahan yakni salat-salat, bukan do’a-do’a yang bebas, sebagian kewajiban-kewajiban tambahan pada puasa walaupun sebenarnya salat itu bersifat sukarela saja selama bulan puasa.
Ndarus adalah pembacaan Al Qur’an ayat demi ayat yang bersifat sukarela juga dan dirasakan agak kurang resmi dibandingkan dengan traweh.
Mengenai puasa, para santri melaksanakannya dengan baik walaupun beberapa orang abangan dan sejumlah priyayi juga melakukannya. Berpuasa sepanjang hari saban hari selama sebulan bagi banyak orang sangat berat.

Tiga Alasan mengapa orang  harus berpuasa menurut santri :
     1. Untuk merasakan bagaimana rasanya lapar
     2. Untuk menunjukkan ketaatan pada perintah Tuhan
     3.Untuk memperkuat diri agar orang sanggup menanggung  penderiataan apapun yang menimpanya.
            Puasa merubah jam-jam makan dan menggeser jam tidur mereka yang menjalankannya. Puasa diakhiri pada waktu matahari terbenam dengan sekedar makanan kecil, biasanya kurma atau sepotong buah yang disebut buka atau pembukaan. Dengan tibanya Riyana, bulan yang terbaik ini berakhir dalam hari raya hampir serupa dengan hari Paskah, ketika setiap orang membeli pakaian baru, mengunkungi teman dan menyiapkan pesta. Tetapi Riyaya bukan hanya hari besar santri ia adalah hari yang dirayakan oleh orang jawa, tak peduli apa pun agama dan kepercayaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kalau udah dibaca mohon sisipkan komentar ea :D
untuk kemajuan blog saya
terimakasih :D