Kehidupan ibadat santri di atur dalam waktu oleh
sembayang lima kali. Ada tiga lembaga tempat sembahyang dilakukan secara khas
yakni di :
1. Rumah
2. Langgar
3. Kampung dan Masjid desa.
Sembayang subuh,lohor, dan isya biasanya dilakukan di
rumah, sembayang magrib sering dilakukan oleh orang laiki-laki, orang
perempuan selalu bersembayang di rumah
dengan beberapa teman di langgar yang berdekatan, sembayang jumat
selalu dilakukan di masjid
bersama seluruh umat desa. Ia adalah titik pertemuan sembahyang yang dipolakan
secara duniawi karenake setiaan melakukan sembayanglah yang akhirnya menentukan
santri bukannya seseorang. Kaum priyayi dan abangan hampir tak pernah
melakukannya. Kelompok sosial menurut bagan berdasarkan ruang terdiri dari rumah tangga,
tetangga, dan desa yang membentuk jemaah
islam desa
SEMBAHYANG
Sebenarnya, perkataan “prayer” (inggris) bukanlah
terjemahan yang tepat untuk salat (juga disebut sembahyang), karena berbeda
dengan sembahyang kristen. Salat ditetapkan sebagai waktunya tetapi juga bentuk dan
isinya, karena perbedaan yang tajam antara ibadah wajib dan doa perorangan yang
sukarela, yang mungkin dilakukan orang untuk memohon kepentingan sendiri, yang
bisa dilakukan kapan saja, dengan bagaimana saja perumusan dan dalam bahasa
jawa kuno bukan dalam bahasa jawa ara kalau orang menghendakinya. Dengan
demikian salat lebih baik diterjemahkan dengan ritual incantation
• Bentuk salat di Indonesia sama saja dengan di negri islam
lainnya yang mana pun juga.
• Para santri mengerjakan salat secara teratur tetapi
mereka tidak berbeda dengan kecermatan mengerjakannya.
POLA SEMBAHYANG PETANI (DIDESA)
Pola sembahyang sesuai benar dengan siklus khas kehidupan
kehidupan sehari-hari petani. Sembahyang pukul 5.00 pagi menyebabkan ia bangun
pagi-pagi dan bekerja awal sekali. Tengah hari atau pukul 2.00 pekerjaan
selesai dan sembahyang yang kedua bisa di kerjakan dan dilanjutkan makan dan
tidur siang. Pada pukul 3.00 atau 4.00 sore ia bangun untuk sembahyang asar dan
kemudian bisa balik lagi ke sawah kalau pekerjaannya sangat berat. Kemudian
sembahyang magrib dilaksanakan di
langgar dan sembayang isya dilakukan setelah makan malam dan kemudian tidur
POLA SEMBAHYANG DIKOTA
Di kota, pola sembahyang tidak sebaik itu kesesuaiannya.
Pekarjaan kota biasanya menimbulkan masalah dalam pelaksanaan sembahyang dengan
benar dan tepat waktu Seorang santri mengatakan bahwa orang santri sering tidak
suka masuk tentara karena tugas rutin militer sering menyulitkannya
melaksanakan salat. Bagi kebanyakan santri, mengerjakan salat tidak demikian
terpisah dari pertimbangan yang lebih duniawi seperti mencari makan, seperti
tampaknya : seperti perbuatan orang katolik membuat tanda salib pada dirinya,
sembahyang harian merupakan semacam reflek ritual yang menjamin baik
kesejahteraan material maupun spiritual seseorang.
SALAT JUM’AT
Sembahyang jum’at berjamaah mencerminkan lambang
kebersamaan umat seluruh desa dan
perasaan memiliki masjid sendiri sedemikian kuatnya, hingga orang yang berpindah
dari desa ke kota yang berdekatan sering kembali ke masjid di desanya untuk
sembahyang jum’at.
Khotbah pada Salat jum’at menjadi persoalan apakah harus
diterjemahkan atau tidak masih menjadi masalah yang hangat. Kebanyakan masjid
yang konservatif enggan melakukannya dan selalu menggunakan khotbah berbahasa
arab yang ditulis bertahun-tahun yang lampau oleh seorang kiai jawa yang
termasyur dari semarang.
PUASA
Dengungan dari pola salat-umat yang saling berkaitan yang
mengalun dengan sangat rata sepanjang sebelas bulan dalam satu tahun dan
membagi tiap hari dalam bagian-bagian yang sudah pasti menghimpun
tetangga-tetangga santri tiap malam dan desa santri tiap jum’at, mencapai
semacam kresendo (crescendo) pada Bulan Puasa, ketika kegiatan yang benar-benar
bersifat keagamaan tiba-tibga meningkat dan kegiatan yang semata-mata sekuler
dikendorkan. Sesudah matahari terbenam setiap hari di bulan puasa
setiap orang makan sekenyang-kenyangnya dan berkumpul di langgar atau di masjid
kalau mereka tinggal di dekatnya untuk melakukan sembahyang malam dan sesudah
itu traweh dan ndarus.
Traweh terdiri dari salat-salat tambahan yakni
salat-salat, bukan do’a-do’a yang bebas, sebagian kewajiban-kewajiban tambahan
pada puasa walaupun sebenarnya salat itu bersifat sukarela saja selama bulan
puasa.
Ndarus adalah pembacaan Al Qur’an ayat demi ayat yang
bersifat sukarela juga dan dirasakan agak kurang resmi dibandingkan dengan
traweh.
Mengenai puasa, para santri melaksanakannya dengan baik
walaupun beberapa orang abangan dan sejumlah priyayi juga melakukannya.
Berpuasa sepanjang hari saban hari selama sebulan bagi
banyak orang sangat berat.
Tiga Alasan mengapa orang
harus berpuasa menurut santri :
1. Untuk
merasakan bagaimana rasanya lapar
2. Untuk
menunjukkan ketaatan pada perintah Tuhan
3.Untuk
memperkuat diri agar orang sanggup menanggung
penderiataan
apapun yang menimpanya.
Puasa merubah jam-jam makan dan
menggeser jam tidur mereka yang menjalankannya. Puasa diakhiri pada waktu
matahari terbenam dengan sekedar makanan kecil, biasanya kurma atau sepotong
buah yang disebut buka atau pembukaan. Dengan tibanya Riyana, bulan yang
terbaik ini berakhir dalam hari raya hampir serupa dengan hari Paskah, ketika
setiap orang membeli pakaian baru, mengunkungi teman dan menyiapkan pesta.
Tetapi Riyaya bukan hanya hari besar santri ia adalah hari yang dirayakan oleh
orang jawa, tak peduli apa pun agama dan kepercayaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kalau udah dibaca mohon sisipkan komentar ea :D
untuk kemajuan blog saya
terimakasih :D