Selasa, 17 Juli 2012

Sejarah Monumen Pers Nasional



         Pernah berkunjung ke Monumen Pers Nasional?????
 Gedung monument Pers Nasional yang berlokasi di JL.Gajah Mada itu awalnya bernama Sociteit Sasana Suka, yaitu sebuah gedung Balai pertemuan Kerabat Mangkunegaran yang dibangun pada tahun 1918 oleh KGPAA Sri Mangkunegoro VI yang dirancang oleh seorang arsitek jawa terkenal bernama Mas Abu Kasan Atmodirono
          Monument pers didirikan untuk memperingati Hari jadi pers saat diadakan pertemuan para Wartawan Seluruh Indonesia (Persatuan Wantawan Indonesia) pada tanggal 9 februari 1946.Peresmian gedung monument ini baru dilakukan oleh Presiden RI saat itu, Soeharto, pada 9 februari 1978 sebagai peringatan perjuangan pers di Indonesia. Melalui SK Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 151/M.PAN tanggal 6juni 2002,Monumen Pers Nasuonal dijadikan sebagai UPT Lembaga Informasi Nasional.
          Pada tahun 923, gedung utama monumen itu sempat  digunakan untuk rapat mendirikan radio berwawasan kebangsaan. Tahun 999 status yang dipegang masih berada di bawah Departemen Penerangan. Saat ini posisi Monumen Pers Naional ini berada di bawah Departemen Komunikasi dan Infomasi.
          Pada tahun 1933, digedung ini diadakan rapat yang dipimpin oleh RM Ir. Sarsito Mangunkusumo yang melahirkan stariun baru bernama Solosche Radio Vereeniging (SRV) sebagai radio pertama kaum pribumi dengan semangat kebangsaan. Di gedung ini pula, tanggal 9 februari 1946 diadakan kongres wartawan Indonesia yang melahirkan organisasi profesi Persatuan Wartawan Indonesia.
          Di Monumen inilah disimpan radio pertama masa perjuangan. Dijuluki dengan sebutan Radio Kambing karena dulu pernah disembunyikan oleh pejuang RRI dan TNI  di kandang kambing untuk mengelabui tentara Belanda di desa Balong, lereng gunung Lawu. 



Gambar : Radio Kambing
Sumber : Monumen Pers Nasional


           Pemancar radio Kambing di ungsikan karena studio RRI Solo pada waktu itu diserang oleh tentara belanda. Pemancar ini diduga merupakan pemancar yang sama yang pernah di gunakan SRV untuk menyiarkan secara langsung music gamelan dari solo kle belanda untuk mengiringi Gusti Nurul (Putri Sri Mangkunegor5o VI) membawakan tari Bedhoyo Srimpi di Kerajaan Belanda, Deen Hag tanggal 7 Januari 1937.
          Di tempat ini juga tersimpan beberapa media cetak dari masa penjajahan hingga saat ini. Dengan berbagai alasan yang mendasari , tak semua surat kabar atau majalah dapat terdokimentasikan di tempat ini. Dalam perkembangannya, untuk mengefisensikan majalah atau surat kabar yang ada kemnudian didigitalisasikan agar sistem pengarsipan lebih terjaga.
          Pada zaman pendudukan jepang, tentara jepang mempergunakan gedung tersebut sebagai kantor urusan pemberian bantuan kepada keluarga prajurit pejuang kemerdekaan dan selanjutnya menjadi kantor Palang Merah Indonesia.
          Tanggal 9 februari 1978, Presiden Soeharto meresmikan gedung Societit Sasana Manasuka menjadi Monumen Pers Nasional  dengan penandatanganan prasasti. Gerbang Monumen Pers Nasional ditandai dengan hiasan empat kepala dan badan nagatelentang dinamakan Catur Manggala Kura menandai Suryo Sengkolo : Muluking Sedya Habangun Nagara yang artinya tahun 1980, merupakan angka tahun selesainya pembangunan seluruh gedung Monumen Pers  Nasional yang terdiri dari 1 unit gedung induk, 2 unit gedung perkantoran berlantai 2, dan 1 unit gedung penunjang berlantai 4.
          Du belakang naga atau teras diletakkan sebuah kenthongan besar yang melambangkan alat informasi dan komunikasi pada zaman dahulu. Kentongan ini dinamakan Kyai Swara Gugah


Gambar : Kyai Swara Gugah
Sumber :Monumen Pers Nasional




Status Monument Pers
          Dulu pengelola Monumen Pers Nasional ditangani oleh Yayasan Pengelola Sarana Pers Nasional, yaitu sebuah lembaga yang berada di bawah Departemen Penerangan. Tahun 1999 Monumen Pers Nasional dikelola oleh Badan Infomasi Komunikasi Nasional (BIKAN) serta Lembaga Informasi Nasional (LIN), dan saat ini merupakan salah satu Satuan Kerja dibawah Direktorat Sarana Komunikasi dan Peraturan Kementrian Komunikasi dan Informatika dan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika RI Nomor:21/Per/M.Kominfo/4/2007 tanggal 30 April 2007.

Tugas dan Fungsi Monumen Pers Nasional
          Monumen Pers Nasional mempunyai tugas melaksanakan pelestarian dan pelayanan kepada masyarakat mengenai  Monumen Pers Nasional dan produk pers nasional yang bernilai sejarah. Sesuai dengan tugas yang ada, maka Monumen Pers Nasional menyelenggarakan fungsi :
1.   Pelaksanaan penyusunan rencana, progam dan anggaran di lingkungan Monumen Pers Nasional.
2.   Pelaksanaan pelayanan informasi dan peningkatan sarana diseminasi informasi
3.   Pemeliharaan, penatalaksanaan koleksi, pengawetan dan perlindungan benda-benda di bidang pers yang bernilai sejarah serta pelaksanaan perpustakaan.
4.   Pelaksaan urusan tata usaha dan rumah tangga
Aktifitas Monumen Pers Nasional
     Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut, maka berbagai kegiatan dilaksanakan di Monumen Pers Nasional berupa pelaksanaan, penyusunan, rencana progam, anggaran, urusan tata usaha dan rumah tangga yang sebagian besar dilaksanakan oleh bagian Tata Usaha dan berbagai kegiatan lain yang diselenggarakan oleh Seksi Konservasi dan Preservasi serta Seksi Pelayanan Informasi dan Kehumasan.
1.   Pendokumentasian Koleksi Media Cetak
Lebih dari satu juta eksemplar sampel media cetak yang terbit dari seluruh Indonesia  sejak zaman penjajahan Belanda hingga saat ini didokumentasikan,
dikonversikan, dan disajikan kepada pengunjung di Monumen Pers Nasional. Beberapa jenis Koran dan majalah kuno yang cukup menarik dan tersimpan antara lain :
• Cahaya India (1913)
• Panorama (1917)
• Soeloeh Ra’jat Indonesia (1932)
  Majalah yang menulis tentang semangat kemerdekaan
• Fikiran Ra’jat
  Majalah dengan Pemimpin redaksi Ir.Soekarno.
• Djawa Baroe (1944)
  Majalah Propoganda Jepang.






Gambar      :
Majalah Djawa Baroe
Sumber      :
Monumen Pers Nasional






          Selain dilakukan dokumentasi secara manual, saat ini telah diupayakan pendokumentasian secara digital terhadap sebagian koleksi tersebut dan nantinya digitalisasi akan dilakukan secara bertahap terhadap seluruh document. Adapun dalam hal perawatan dokumentasi dan naskah adalah dengan cara meletakkan kapur barus serta menggunakan fumigasi secara rutin.

2.   Pendokumentasian Benda Bersejarah
Berbagai benda bersejarah terkait pers Indonesia juga disimpan ditempat ini antara lain adalah : Patung-patung Perintis Pers Indonesia, Mesin ketik milik wartawan tiga zaman Bakrie Suriatmaja, Pakaian Wartawan TVRI Hendro Subroto yang tertembak ketika meliput Integrasi Timor Timur ke Indonesia, piagam dan buku milik Trisnoyuno,diorama Sejarah Pers Indonesia, skema sebaran media, pemancar radio kambing yang digunakan pada saat revolusi phisik (class II tahun1948)



3.   Pameran Tematis
Di gedung induk Monument Pers Nasional selalu diselenggarakan pemeran tematis, merupakan pameran yang menampilkan tema-tema yang sesuai dengan peringatan hari besar nasional, antara lain :Hari Kebangkitan Nasional, Kemerdekaan RI, Sumpah Pemuda, Pahlawan dan Hari Pers Nasional.


Gambar : Pameran Tematis di Gedung Induk
Sumber : Monumen Pers Nasional



4.   Perpustakaan
Perpustakaan Monument Pers Nasional memiliki koleksi buku sejumlah 12.000 yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu dengan titik berat bidang pers, komunikasi dan informasi


Gambar : Koleksi Buku-Buku
Sumber : Monumen Pers Nasional


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kalau udah dibaca mohon sisipkan komentar ea :D
untuk kemajuan blog saya
terimakasih :D