Pernah berkunjung ke Monumen Pers Nasional?????
Gedung monument Pers Nasional yang
berlokasi di JL.Gajah Mada itu awalnya bernama Sociteit Sasana Suka, yaitu
sebuah gedung Balai pertemuan Kerabat Mangkunegaran yang dibangun pada tahun
1918 oleh KGPAA Sri Mangkunegoro VI yang dirancang oleh seorang arsitek jawa
terkenal bernama Mas Abu Kasan Atmodirono
Monument pers didirikan untuk
memperingati Hari jadi pers saat diadakan pertemuan para Wartawan Seluruh
Indonesia (Persatuan Wantawan Indonesia) pada tanggal 9 februari 1946.Peresmian
gedung monument ini baru dilakukan oleh Presiden RI saat itu, Soeharto, pada 9
februari 1978 sebagai peringatan perjuangan pers di Indonesia. Melalui SK
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 151/M.PAN tanggal 6juni 2002,Monumen
Pers Nasuonal dijadikan sebagai UPT Lembaga Informasi Nasional.
Pada tahun 923, gedung utama monumen
itu sempat digunakan untuk rapat
mendirikan radio berwawasan kebangsaan. Tahun 999 status yang dipegang masih
berada di bawah Departemen Penerangan. Saat ini posisi Monumen Pers Naional ini
berada di bawah Departemen Komunikasi dan Infomasi.
Pada tahun 1933, digedung ini diadakan
rapat yang dipimpin oleh RM Ir. Sarsito Mangunkusumo yang melahirkan stariun
baru bernama Solosche Radio Vereeniging (SRV) sebagai radio pertama kaum
pribumi dengan semangat kebangsaan. Di gedung ini pula, tanggal 9 februari 1946
diadakan kongres wartawan Indonesia yang melahirkan organisasi profesi
Persatuan Wartawan Indonesia.
Di Monumen inilah disimpan radio
pertama masa perjuangan. Dijuluki dengan sebutan Radio Kambing karena dulu
pernah disembunyikan oleh pejuang RRI dan TNI
di kandang kambing untuk mengelabui tentara Belanda di desa Balong,
lereng gunung Lawu.
Gambar : Radio Kambing
Sumber : Monumen Pers Nasional
Pemancar
radio Kambing di ungsikan karena studio RRI Solo pada waktu itu diserang oleh
tentara belanda. Pemancar ini diduga merupakan pemancar yang sama yang pernah
di gunakan SRV untuk menyiarkan secara langsung music gamelan dari solo kle
belanda untuk mengiringi Gusti Nurul (Putri Sri Mangkunegor5o VI) membawakan
tari Bedhoyo Srimpi di Kerajaan Belanda, Deen Hag tanggal 7 Januari 1937.
Di tempat ini juga tersimpan beberapa
media cetak dari masa penjajahan hingga saat ini. Dengan berbagai alasan yang
mendasari , tak semua surat kabar atau majalah dapat terdokimentasikan di
tempat ini. Dalam perkembangannya, untuk mengefisensikan majalah atau surat
kabar yang ada kemnudian didigitalisasikan agar sistem pengarsipan lebih
terjaga.
Pada zaman pendudukan jepang, tentara
jepang mempergunakan gedung tersebut sebagai kantor urusan pemberian bantuan
kepada keluarga prajurit pejuang kemerdekaan dan selanjutnya menjadi kantor
Palang Merah Indonesia.
Tanggal 9 februari 1978, Presiden
Soeharto meresmikan gedung Societit Sasana Manasuka menjadi Monumen Pers
Nasional dengan penandatanganan
prasasti. Gerbang Monumen Pers Nasional ditandai dengan hiasan empat kepala dan
badan nagatelentang dinamakan Catur
Manggala Kura menandai Suryo Sengkolo : Muluking Sedya Habangun Nagara yang
artinya tahun 1980, merupakan angka tahun selesainya pembangunan seluruh gedung
Monumen Pers Nasional yang terdiri dari
1 unit gedung induk, 2 unit gedung perkantoran berlantai 2, dan 1 unit gedung
penunjang berlantai 4.
Du belakang naga atau teras diletakkan
sebuah kenthongan besar yang melambangkan alat informasi dan komunikasi pada
zaman dahulu. Kentongan ini dinamakan
Kyai Swara Gugah
Gambar : Kyai Swara Gugah
Sumber :Monumen Pers Nasional
Status Monument Pers
Dulu pengelola Monumen Pers Nasional
ditangani oleh Yayasan Pengelola Sarana Pers Nasional, yaitu sebuah lembaga
yang berada di bawah Departemen Penerangan. Tahun 1999 Monumen Pers Nasional
dikelola oleh Badan Infomasi Komunikasi Nasional (BIKAN) serta Lembaga
Informasi Nasional (LIN), dan saat ini merupakan salah satu Satuan Kerja
dibawah Direktorat Sarana Komunikasi dan Peraturan Kementrian Komunikasi dan
Informatika dan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika RI
Nomor:21/Per/M.Kominfo/4/2007 tanggal 30 April 2007.
Tugas dan Fungsi Monumen Pers
Nasional
Monumen Pers Nasional mempunyai tugas
melaksanakan pelestarian dan pelayanan kepada masyarakat mengenai Monumen Pers Nasional dan produk pers
nasional yang bernilai sejarah. Sesuai dengan tugas yang ada, maka Monumen Pers
Nasional menyelenggarakan fungsi :
1.
Pelaksanaan penyusunan rencana, progam
dan anggaran di lingkungan Monumen Pers Nasional.
2.
Pelaksanaan pelayanan informasi dan
peningkatan sarana diseminasi informasi
3.
Pemeliharaan, penatalaksanaan koleksi,
pengawetan dan perlindungan benda-benda di bidang pers yang bernilai sejarah
serta pelaksanaan perpustakaan.
4.
Pelaksaan urusan tata usaha dan rumah
tangga
Aktifitas Monumen
Pers Nasional
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi
tersebut, maka berbagai kegiatan dilaksanakan di Monumen Pers Nasional berupa
pelaksanaan, penyusunan, rencana progam, anggaran, urusan tata usaha dan rumah
tangga yang sebagian besar dilaksanakan oleh bagian Tata Usaha dan berbagai
kegiatan lain yang diselenggarakan oleh Seksi Konservasi dan Preservasi serta
Seksi Pelayanan Informasi dan Kehumasan.
1. Pendokumentasian Koleksi Media
Cetak
Lebih
dari satu juta eksemplar sampel media cetak yang terbit dari seluruh Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda hingga saat
ini didokumentasikan,
dikonversikan,
dan disajikan kepada pengunjung di Monumen Pers Nasional. Beberapa jenis Koran
dan majalah kuno yang cukup menarik dan tersimpan antara lain :
•
Cahaya India (1913)
•
Panorama (1917)
•
Soeloeh Ra’jat Indonesia (1932)
Majalah yang menulis tentang semangat
kemerdekaan
•
Fikiran Ra’jat
Majalah dengan Pemimpin redaksi Ir.Soekarno.
•
Djawa Baroe (1944)
Majalah Propoganda Jepang.
Gambar :
Majalah Djawa Baroe
Sumber :
Monumen Pers Nasional
Selain dilakukan dokumentasi secara
manual, saat ini telah diupayakan pendokumentasian secara digital terhadap
sebagian koleksi tersebut dan nantinya digitalisasi akan dilakukan secara
bertahap terhadap seluruh document. Adapun dalam hal perawatan dokumentasi dan
naskah adalah dengan cara meletakkan kapur barus serta menggunakan fumigasi
secara rutin.
2. Pendokumentasian Benda Bersejarah
Berbagai benda bersejarah terkait pers
Indonesia juga disimpan ditempat ini antara lain adalah : Patung-patung
Perintis Pers Indonesia, Mesin ketik milik wartawan tiga zaman Bakrie
Suriatmaja, Pakaian Wartawan TVRI Hendro Subroto yang tertembak ketika meliput
Integrasi Timor Timur ke Indonesia, piagam dan buku milik Trisnoyuno,diorama
Sejarah Pers Indonesia, skema sebaran media, pemancar radio kambing yang
digunakan pada saat revolusi phisik (class II tahun1948)
3. Pameran Tematis
Di
gedung induk Monument Pers Nasional selalu diselenggarakan pemeran tematis,
merupakan pameran yang menampilkan tema-tema yang sesuai dengan peringatan hari
besar nasional, antara lain :Hari Kebangkitan Nasional, Kemerdekaan RI, Sumpah
Pemuda, Pahlawan dan Hari Pers Nasional.
Gambar : Pameran Tematis di
Gedung Induk
Sumber : Monumen Pers Nasional
4. Perpustakaan
Perpustakaan Monument Pers Nasional memiliki
koleksi buku sejumlah 12.000 yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu dengan
titik berat bidang pers, komunikasi dan informasi
Gambar : Koleksi Buku-Buku
Sumber : Monumen Pers Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kalau udah dibaca mohon sisipkan komentar ea :D
untuk kemajuan blog saya
terimakasih :D