Kebudayaan Indis

Posted by Unknown On Rabu, 09 Januari 2013 0 komentar
Kebudayaan Indis

Kehadiran bangsa Belanda sebagai penguasa di Pulau Jawa menyebabkan pertemuan dua kebudayaan yang jauh berbeda itu makin akrab. Kebudayaan Eropa (Belanda) dan kebudayaan Timur (Jawa), yang masing-masing didukung oleh etnik berbeda dan mempinyai struktur social yang berbeda pula, bercampur makin mendalam dan erat. Akibat pertemuan kebudayaan tersebut, kebudayaan bangsa pribumi(Jawa) diperkaya dengan kebudayaan Barat. Lambat laun pengaruh tersebut makin besar dan mempengaruhi berbagai bidang dan undur kebudayaan.

Kata Indis berasal dari kata “Nederlandsch Indie atau Hindia Belanda, yaitu nama daerah jajahan negeri Belanda diseberang lautan yang secara geografis meluputi jajahan dikepulauan Nusantara yang disebut Nederlandsch Osdt Indie, untuk membedakan dengan suatu wilayah Suriname dan Curascao. Gaya Indis sebagai suatu hasil perkembangan budaya campuran Belanda dan pribumi Jawa, menunjukkan adanya proses historis.

Faktor penentu dalam perkembangan pola hidup gaya indis ini antara lain: adanya nasib dan penderitaan yang sama sebagai rakyat jajahan, karena takdir dilahirkan dari campuran Eropa dan Jawa, keinginan untuk dapat hidup lebih baik dari golongan masyarakat lain, karena mengabdi atau bekerja pada penguasa jajahan dan beruntung karena mendapat pendidikan yang tinggi dan jabatan tinggi. Gaya hidup dan bangunan rumah Indis pada tingkat awal cenderung banyak bercirikan budaya Belanda. Hal ini terjadi karena para pendatang bangda Belanda pada awal dating ke Indonesia membawa kebudayaan murni dari negeri Belanda. Para penguasa colonial yang datang pada masa awal kekuasaan Kompeni terdiri dari orang militer, pedagang dan pejabat kompeni. Mereka datang tanpa membawa istri dan anak-anak mereka. Baru kemudian dianggap aman, kehadiran wanita Belanda dimungkinkan. Mereka mengadakan percampuran darah dengan wanita pribumi dan menesuaikan hidupnya dengan alam dan kehidupan pribumi. Pengaruh efektif kebudayaan Belanda yang sangat besar lambat laun makin berkurang, terutama setelah anak keturunnya dari hasil perkawinan dengan bangsa Jawa makin banyak. Perkawinan diantara mereka melahirkan masyarakat indo.
Kehidupan mewah dan boros akibat keberhasilan bidang ekonomi di antaranya karena adanya segolongan masyarakat Indis di Batavia mengacu pada kehidupan para petinggi di Weltevreden(istana Bogor). Sementara itu, para pejabat bawahan dikota-kota besar Jawa hidup mewah dengan mengacu pada kehidupan raja dan bangsawan Jawa. Tanda-tanda kebesaran sebagai lambing status seperti payung, sejumlah pengiring, kehidupan mewah dengan memiliki rumah besar dan sejumlah besar budak, ditiru dari kehidupan dan gaya hidup keratin para raja dan bangsawan Jawa.



Gambar : Rumah gaya Indis di Rijswijk (jl. Veteran), Batavia
Sumber : http://tege-peace-love.blogspot.com/

Gaya hidup golongan masyarakat pendukung Kebudayaan Indis menunjukkan perbedaan menyolok dengan kelompok-kelompok social lainnya, terutama dengan kelompok masyarakat tradisional Jawa. Tujuh unsure universal budaya Indis seperti halnya tujuh unsure universal budaya yang dimiliki semua bangsa, mendapatkan bentuknya yang berbeda dari akar budaya Belanda, ataupun budaya pribumi Jawa. Kehidupan social dan ekonomi yang rata-rata lebih baik dibandingkan dengan kehidupan social ekonomi masyarakat pribumi pada umumnya. Salah satu factor yang menjadi petunjuk utama status seseorang ialah gaya hidupnya, yaitu berupa berbagai tatacara, adat istiadat serta kebiasaan berkelakuan dan mental sebagai cirri golongan social Indis. Keseluruhan cirri tersebut mempengaruhi hidupnya sehari-hari karena semuanya dijiwai oleh pandangan hidup yang berakar dari dua kebudayaan, yaitu Eropa dan Jawa

Beberapa contoh unsure-unsur budaya yang meliputi tujuh universal budaya Indis sebagai hasil karya budaya masyarakat Indis yang merupakan pencerminan akulturasi kebudayaan Indonesia (khususnya Jawa) merambah berbagai aspek kehidupan yang akhirnya mewarnai gaya hidup segolongan masyarakat di Hindia Belanda. Contoh unsure universal pertama yaitu bahasa. Bahasa meripakan hasil campuran orang-orang Belanda dengan orang Jawa sebelum Perang Dunia II di Semarang, Jawa Tengah dan sekelilingnnya, lazim disebut bahasa petjoek. Kehadiran bangsa Belanda di Indonesia yang dilanjutkan dengan percampuran darah dan budaya, sebagai manyfestasunya juga timbul pribadi yang lahir dari darah campuran yang juha menggunakan bahasa campuran (bahasa petjoek) yaitu bahasa yang dipergunakan oleh golongan orang-orang papa atau miskin dan orang Belanda yang tidak diakui. Bahasa petjoek ini juga dipergunakan di antara anak-anak indo dan anak-anak dari golongan terpandang, tetapi tidak boleh diperhunakan dirumah karena mereka harus menggunakan atau berbicara dengan menggunakan bahasa Belanda sopan. Pengertian sopan mendapat tekanan keras karena siapa yang tidak menggunakan bahasa Belanda dengan baik( sopan), juga dianggap tidak beradap atau tidak sopan (hina). Bahasa petjoek juga dianggap sebagai bahasa hina karena dipengaruhi oleh bahasa bangsa kulit berwarna, sebagai orang dianggap berderajat rendah di dalam kehidupan masyarakat Hindia Belanda.

Anak-anak yang ber ibu Jawa dan ber ayah Belanda, biasanya menerima pengaruh budaya dari ibu sangat besar. Lingkungannya adalah orang Jawa. Disamping itu, anak-anak tersebut setiap harinya juga mendengar bahasa Belanda dari ayahnya, tetapi mereka mengucapkannya dengan lidah Jawa. Sementara itu, sebagian anak-anak yang ibunya berkebangsaan Eropa atau Indo, mereka pun sehari-hari juga mendengar percakapan bahasa Jawa misalnya dari pembantu dan masyarakat sekelilingnya, yang kemudian dicampur dengan bahasa Belanda lafal Jawa. Didalam percakapan sehari-hari kata-kata “bahasa Belanda rusak” dipergunakan, tetapi ironisnya dipergunakan juga oleh masyarakat Belanda keturunan Indo Belanda, dan orang Jawa.

Ciri lain gaya hidup pada zaman itu, yang banyak dipengaruhi oleh gaya Eropa ialah tata busana. Cara berpakaian kaum wanita Indis akibat pengaruh para pembantu rumah tangga dan para nyai, mereka menggunakan sarung dan kebaya. Kain dan kebaya juga dikenakan untuk berpakaian sehari-hari dirumah oleh para wanita Eropa, sedangkan pria mengenakan sarung dan baju takwo atau pakaian tidur (piyama) motif batik walaupun dalam acara resmi pakaian Eropa yang mereka kenakan. Menarik pula adalah kebiasaan makan sirih, pijat, kerokan dikalangan wanita keturunan (Indo). Tetapo Lady Olivia Marianne Raffles mencoba menghapuskan kebiasaan ini, seperti juga halnya berpakaian sarung dan kebaya di kalangan nyonya-nyonya pejabat colonial.


Gambar : Gadis Indis berkain kebaya panjang
Sumber : http://tege-peace-love.blogspot.com/


Pendidikan

Lazim seperti pandangan pada masyarakat tradisonal umum bahwa orang yang berusia lanjut memiliki pengalaman yang luas akibat dari akumulasi pengalaman yang dilihat dan didengar, sehingga dianggap memiliki kebijakan dan kearifan, orang muda Jawa hatus menurut adat-istiadat dan kebiasaan orang-orang tua. Dengan demikian, proses belajar dan penyampaian pengetahuan serta nilai-nilai secara turun-temurun, dari mulut ke mulut berperan sangat penting. Peran orang tua khususnya ibu sangat besar. Setiap anggota masyarakat tunduk pada adat. Banyak peraturan dan kaidah-kaidah dalam masyarakat tradisional masih bercorak kaidah kesusilaan, kaidah kepercayaan dan keagamaan. Adanya kaidah-kaidah tersebut menjadikan orang takut akibatnya, baik di dunia maupun di akhirat, apabila seseorang melakukan pelanggaran.

Pada keluarga bangsawan dan priyayi Jawa, anak-anak diasuh oleh para pembantu yang disebut emban yang bertugas mengasuh anak, inya yang bertugas menyusui danwulucumbu yang bertuhas abdi pendamping. Hal demikian ternyata diikuti oleh keluarga Belanda, Indo dan priyayi baru, yang anak-anaknya diasuh oleh para pembantu. Proses pendidikan tradisional Jawa yang semula berfungsi sebagai pelestarian budaya dan kesinambungan generasi, telah melunak pada masyarakat Indis. Banyak unsure budaya Jawa mempengaruhi anak-anak keturunan Eropa, dan sebaliknya pengaruh unsure Eropa pada anak-anak para priyayi. Para priyayi pertama-tama menuntut lemajuan para putyranya dengan pendidikan modern, dengan maksud mereka dapat menduduki posisi jabatan dalam administrasi pemerintahan,suatu profesi tertentu yang terpandang dalam masyarakat Jawa.

Sistem pendidikan dengan menggunakan pendekatan budaya setempat, disamping system pengenalan dan pendidikan cara barat, memperluas dan memperkaya pengetahuan para siswa. Kesemuanya ini tidak mengubah sendi-sendi budaya Jawa, misalnya dalam hal cara berpakaian, bahasa, logika, materi bacaan, menulis dan berhitung yang pengajarannya dilakukan oleh guru-guru pribumi dari Ganjuran dan Muntilan. Pendidikan umum adalah alat penting untuk melatif seseorang untuk dapat memegang suatu posisi jabatan dalam suatu status dalam masyarakat. Pendidikan juga dipergunakan sebagai criteria pengangkatan suatu jabatan dalam pemerintahan maupun swasta. Penggajian seseorang juga didasarkan pada penyesuaian fungsi dan pendidikan. Singkatnya, pendidikan Barat merupakan daya tarik dan idaman sehingga orang menghargainya tanpa mengingat asal-usul seseorang.

Sejak awal kehadiran orang Belanda, unsur-unsir budaya dan iklim alam sekeliling sudah mempengaruhi dalam membangun rumah tempat tinggal mereka di Jawa. Dari rumah tempat tinggal masa awal ini, dapat diketahui bahwa pembuatan rumah di Batavia tidak sepenuhnya tepat seperti bentuk tempat tinggal rumah Belanda kuno di negeri induknya. Pembuatan rumah di Batavia kuno mendapatkan penanganan yang baik dan dikerjakan oleh para akli yang betul-betul pandai. Hal ini diketahui dari ciri-ciri yang ada, yaitu kecuali penggunaan material dan percampuran antara seni bangunan barat dengan lingkungan dunia timur yang sangat asing. Bangunan-bangunan gaya Indis yang memiliki nilai historis, arkeologis dam estetis yang mewakili zamannya patut dilestarikan, diteliti dan diselamatkan. Diantara berbagai gaya bangunan yang pernah berkembang di Indonesia, seni bangunan gaya Indis memperkaya keindahan kota-kota di Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar

Kalau udah dibaca mohon sisipkan komentar ea :D
untuk kemajuan blog saya
terimakasih :D