SEJARAH PANGERAN DIPANAGARA

Posted by Unknown On Kamis, 18 Oktober 2012 1 komentar
DIPANAGARA


Dipanagara lahir di Kraton Yogyakarta pada 11 November 1785. Paling tidak menurut tarikh Masehi, kelahiran itu terjadi dua abad yang lalu. Tetapi bebrapa banyak rakyat Indonesia yang tau akan tanggal lahir itu? Mungkin ada sesuatu tentang Dipanegara yang tidak cukup modern untuk menarik minat rakyat Indonesia sekarang. Memang benar, dalam banyak hal ia seorang tokoh yang sangat tradisonal yang tertarik sekali pada adat-istiadat istana-istana di Jawa Tengah dengan pandangannya yang intelektual. Pandangan itu sendiri hidup ditengah-tengah masyarakat Jawa Tengah bagian selatan dan umat Islam akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Dengan alas an apapun ia tidak dapat disebut sebagai seorang pemimpin nasionalis.


Kalaupun ia merasa menjadi bagian dari sebuah kelompok khusus mungkin ia menganggap dirinya bagian dari umat Islam abad ke-19, atau mungkin bagian dari penduduk Jawa Tengah bagian selatan. Ia tidak pernah mengenal Indonesia yang bebas dari penjajah Belanda, walaupun ia sangat yakin, suatu saat nanti orang Jawa, paling tidak, akan mendapatkan kembali warisan politik mereka yang hilang. Walaupun ia memiliki weltanschauung pra-modern seperti itu, ada sesuatu yang unik tentang Gipanagara dan gaya kepemimpinannya.


Ia adalah seorang tokoh yang benar-benar tegak diambang dunia modern. Sepanjang hidupnya, ia mengalami kepahitan dan penghinaan dalam hubungan dengan penjajah, hubungan yang rusak karena ketimpangan yang mencolok dalam bidang hukum, ekonomi, politik dan social.
Seakan merindukan masa lampau, ia menoleh ke zaman emas Sultan Agung, ketika Mataram sedang di puncak kekuasaan, sementara ia menyadari masa seperti itu tidak akan pernah terulang kembali. Pada sebuah bagian dari babad otobiografinya sendiri (misalnya Babad Dipanagara, versi Menado) yang dikutip dibawah ini dari Bab “E kologi Kebudayaan Jawa” ia secara khusus mengacu kepada ramalan Sultan Agung setelah kegagalannya mengepung Batavia selama dua tahun (1628-1629). Menurut ramalan itu, Belanda akan memerintah Jawa selama tiga ratus tahun dan walaupun salah satu keturunannya akan bangkit menentang mereka serta menimbulkan kehancuran hebat di pihak Belanda, hanya Allah yang mengetahui bagaimana hasilnya. Tampaknya jelas Dipanagara menganggap durunya sebagai keturunan Mataram yang diramalkan oleh Sultan Agung. Nasib yang menunggunya memang benar pahit. Ia kehilangan keluarga, rekan sejawat, penghirmatan dan kampong halaman.

Ia dikianati oleh orang-orang seperti Kiai Maja dan Sentot yang dipercayai dan merasa sangat putus asa, perasaan yang hanya dimiliki orang terbuang (sepertiga hidupnya dijalaninya dalam pembuangan). Hanya harapan akan adanya rahmat Tuhan sajalah yang memberikan sedikit kegembiraan kepadanya. Hal ini terungkap dalam pembukaan bait-bait babadnya yang didiktekan di Menado antara bulan Mei 1831 dan Februari 1832.


Mapan kathah kang akaraseng galih
Ing tingkah kadudon
Pan mengkana ing tyas pangesthine
Kaya paran solahipun iki
Yen tan ana ugi
Apura Yang Agung

Lara-wirang pan wes sun lakoni
Nging panuhuningong
Ingkang kari lan kang dhingin kabeh
Kulawarga kang ngestokken yekti
Mring agama Nabi
Oleh apitulung

Keyakinan Dipanagara yang tidak tergoyahkan pada Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang dan kebenaran firman-Nya seperti yang disampaikan utusan-Nya merupakan kunci untuk memahami watak dan cita-cita yang menjdai dasr perjuangan dalam kombinasi yang lebih kuat-proses yang masih terus berlangsung di masyarakat Indonesia sekarang. Walaupun ini semua telah diungkapkan, namun masih banyak tentang Dipanagara dan saat-saat ketika ia hidup yang tidak jelas. Para ahli sejarah belum mengungkapkan secara jelas Islam awal abad ke-19 di Jawa Tengah. Misalnya, kita ingin tahu lebih banyak tentang pengaruh kebudayaan dan cendikiawan pengaruh yang mulai dirasakan di Jawa karena eratnya hubungan dengan Timur Tengah melaluio jemaah haji karena arus imigran Arab dan Hamdhrami di akhir abad ke-19. Banyak diantara mereka dating ke Jawa karena meluapknya jumlah penduduk Wahabi.

Comments
1 Comments

1 komentar:

Kalau udah dibaca mohon sisipkan komentar ea :D
untuk kemajuan blog saya
terimakasih :D