Bangsa Portugis Di Indonesia
Abad ke 16
Tahun 1500 terjadi perubahan besar dalam perniagaan di Asia. Lalu lintas perdagangan antara Asia dan Eropa abad 15 melalui Laut Merah dan kota Iskandariah. Kemajuan Mesir disebabkan oeleh perdagangan ini. Tetapi pada tahun 1453 bangsa Turki merebut kota Istambul, Asia Kecil dan Yunani.
Bangsa Portugis mulai dengan pelawatan-pelawatan bersiasat menyusur pantai barat benua Afrika. Bangsa Portugis menyelenggarakan perlawatan awal mula tak berdasarkan suatu tujuan ekonomi. Di anah airnya, mereka memerangi bangsa Mur. Perjuangan ini oleh bangsa Portugis dilakukan sebagai perjuangan suci umat Kristen melawan Islam.
Tahun 1415 kota Ceuta diduduki Portugis dengan tujuan pokok mengusir agama Islam. Kemudian timbul perhitungan-perhitungan ketika Afrika Barat mulai menghasilkan barang baru seperti emas pasir, binatang kera, singa, burung nuri pada tahun 1441 dijual di pasar Brugge.
Sepanjang pantai Afrika Barat, mereka menemukan Madeira tahun 1419, kepulauan Azore tahun 1432, Teluk Verdi tahun 1456. Pada tahun 1500, Portugis untuk pertama kali datang ke Indonesia. Di Asia Selatan bangsa Portugis menjumpai perdagangan kuno dari Timur melalui Selat Malaka menyusur pantai selatan Asia ke arah barat lalu ke Laut Merah dan Teluk Persia. Mereka datang sebagai pesaing Asia yang telah ada dan berpendapat bahwa perdagangan mereka hanya dapat dikembangkan oleh militer.
Tahun 1511, Portugis berhasil menduduki kota Malaka, dan pada tahun 1514 berhasil menduduki Ormuz di pantai Teluk Persia. Dalam 20 tahunsesudah kedatangan Portugis, mereka memperoleh kekuasaan militer seluruh daerah Goa dan menduduki kota Goa sebagai pusatnya.
Akibat dari kejadian ini, terjadi revolusi di lapangan lalulintas perdagangan. Jalan perniagaan sejak sediakala dari Asia ke Eropa melalui darat, sekarang ditambah jalan baru yang melalui laut yaitu mengelilingi Afrika. Jalan kuno melalui Laut Tengah yang memperoleh keuntungan dari lalulintas ini adalah Mesir, Italia, Genua dan Venezia. Hubungan dengan perniagaan Asia lalu merosot yang besar kerugiannya sebagai perpindahan jalan perdagangan adalah Mesir dan Italia.
Terjadi pula suatu revolusi dalam struktur perniagaan. Cara kuno : barang diangkut dari suatu tempat ke tempat lain. Sebelum tahun 1500, tak ada kapal yang berlayar langsung dari Maluku ke Laut Merah, bangsa Tionghoa hanya berlayar sampai Indonesia atau India. Sebelum 1500 tadi, tak ada seorang pedagang pun yang membeli barang di daerah produksi. Oleh karena itu, barang Asia yang sampai di Eropa sangat mahal.
Karena jalan laut baru, terjadilah revolusi dalam struktur perdagangan. Bangsa Portugis mengetahui bahwa harga rempah di Malaka lima atau tujuh kali dibanding Maluku. Oleh karena itu, Portugis membeli sendiri barang-barang di daerah produksi dan membawanya ke Eropa.
Perdagangan baru ini lebih murah dan lebih efisen daripada cara lama, maka bangsa Portugis sebenarnya akan menang dalam persaingan melawan Asia Kuno. Bangsa Portugis menganggap perantauan tidak saja sebagai suatu usaha perdagangan akan tetapi juga sebagai usaha perang salib melawan agama Islam. Sebaliknya, negeri Mesir yang menderita kerugian sangat besar pada abad 16 mengadakan persekutuan militer dengan Aden dan negara Islam di sekitar Teluk Persia dan India untuk melawan Portugis.
Perbedaan bangsa Portugis-Spanyol dengan bangsa Belanda-Inggris yang datang di Asia terletak pada pendirian hidupnya. Portugis-Spanyol masih hidup dalam Abad Pertengahan, gerakkan masih bersifat gerakan perang Salib dari permulaan hingga akhir disertai usaha missi (penyebaran agama Katolik). Ekspansi bangsa Portugis-Spanyol juga mengenai cara mengurus daerah-daerah jajahan atau yang didudukinya.
Gerakan ekspansi bangsa Inggris-Belanda yang dimulai seabad kemudian lebih bersifat komersil sungguh-sungguh. Perlawatan menyebrangi laut lebih banyak dipimpin saudagar ketimbang bangsawan. Bagi mereka Abad Pertengahan dan perang Salib sudah lampau.
Campur tangan Portugis di Indonesia hanya tersebar pada Malaka dan Maluku. Pada waktu bangsa Portugis menduduki Malaka tahun 1511 mereka lebih suka perdangang yang beragama Hindu daripada Islam. Peristiwa ini menjadi permulaan perkembangan Aceh. Sebelumnya, Aceh tak begitu berarti tetapi sekarang menjadi pusat perdangangan yang penting. Tahun 1520 daerah Aceh melepaskan diri dari Pidie dan mengalami kemajuan pesat abad 16 hingga pertengahan pertama abad 17. Kapal Aceh menghindari bangsa Portugis di Malaka, tidak berlayar melalui Selat Malaka, melainkan sebelah barat pulau Sumatera melalui Selat Sunda.
Jawa Barat beruntung dengan keadaan ini. Sebelumnya daerah ini tak begitu penting buat perniagaan. Sesudah Malaka jatuh, Jawa Barat mulai maju. Jakarta mulai berkembang sesudah tahun 1511. Tetapi, sebagai pusat perniagaan dikalahkan oleh Banten yang didiami para saudagar dari Malaka. Banten jadi pusat kedudukan seorang sultan yang beragama Islam.
Bangsa Portugis datang di Maluku pada 1511 disambut gembira oleh Sultan Ternate dan Tidore. Baik di Ternate dan Tidore, sang Sultan menjalankan peranan yang pentig dalam perniagaan cengkeh dengan bangsa asing. Tahun 1512, Portugis berkedudukan di Ternate diperbolehkan mendirikan sebuah benteng. Tahun 1522 mereka berjedudukan di Ambon dan membantu melawan Seram.
Sesudah mengalami kesukaran, Portugis diusir dari Ternate pada tahun 1574 lalu mereka disambut oleh Tidore. Akhir abad 16, Portugis berkedudukan di Tidore, Ambon, Sunda kecil dimana mereka datang untuk berdagang kayu cendana. Tahun 1600 kekuasaan bangsa Portugis sudah sangat berkurang. Kerajaan Ternate meluaskan kekuasaan ke pulau Sulawesi Utara, Irian, dan Bima sehingga menjadi sangat berkuasa di bagian timur Indonesia.
Waktu Portugis datang ke Indonesia, bangsa Jawa-lah yang memegang monopoli rempah. Sama halnya dengan Indonesia, Portugis tak mau begitu saja diusir atau didesak begitu saja dari dunia perdagangan. Berkali-kali benteng Malaka mengalami serangan dari Jawa, Aceh dan Melayu. Tahun 1512 misalnya di Demak dan Jepara mengirim suatu armada 100 kapal dan 1200 orang. Ekspedidi ini disiapkan lima tahun untuk sulatan Malaka namun sudah direbut Portugis, serangan ini berhasil ditangkis. Tahun 1554 dan 1574 kebali pula bangsa Jawa menyerang Malaka.
Abad 16, kerajaan Ambon dibantu Demak dan Jawa Timur melawan Portugis dengan kapal dan bala bantuan. Tahun 1530 suatu armada gabungan Jawa-Makassar-Banda dikalahkan armada Portugis di Ambon. Kota dangang Jawa merosot karena peperangan. Waktu Belanda datang ke Indonesia tahun 1600, perdagangan Jawa lemah sekali dibanding abad sebelumnya. Angkatan Laut jawa abad 17 tak punya daya besar seperti abad 16.
0 komentar:
Posting Komentar
Kalau udah dibaca mohon sisipkan komentar ea :D
untuk kemajuan blog saya
terimakasih :D