Renesan Karoling

Posted by Unknown On Minggu, 15 Juli 2012 0 komentar



Charlemagne atau Karel Agung (±814) di Eropa Barat adalah figur besar kedua setelah St. Agustinus. Karena begitu besar pengaruhnya maka abad-abad ini bisa disebut Zaman Karoling.
Tanah Gaul setelah ditaklukkan oleh orang-orang Frank yang dipimpin oleh Clovis (±511) disebut Frankland. Dari segi peradaban, Clovis dan penerusnya (keluarga Meroving) tidak banyak membawa kemajuan. Karena mereka miskin wawasan dan mereka para pewaris kekuasaan hanya saling bertikai sendiri untuk menguasai seluruh warisan. Akhirnya kekuasaan mereka semakin melemah dan tidak mampu menagani urusan-urusan kerajaan. Wangsa Meroving lazim disebut “raja-raja yang tak berbuat apa-apa”.
Salah satu kelompok bangsawan yang merebut kekuasaan keluarga meroving ialah keluarga Karoling. Mereka berasal dari para tuan tanah di lembah Meuse, di daerah Brussels dan Cologne. Keluarga Karoling sangat dekat dengan gereja.
Dalam periode ini Eropa mendapat ancaman dari orang Arab. Khalifah Umayah menaklukkan Spanyol pada 711. Sebelumnya tahun 622, dibawah pemerintahan Kaisar Heraclius, Konstantinopel mampu menahan serangan besar-besaran yang pertama. Akhirnya mereka mampu mematahkan serangan berikutnya yang dilancarkan Persia walaupun Persia telah dibantu pasukan Avars.
Kontroversi Ikonoklastik
Pada tahun 726 muncul suatu isu yang disebut Kontroversi Ikonoklastik. Isu itu ialah apakah imaji-imaji tentang Tuhan, Kristus, dan Sang Perawan Maria serta orang-orang suci baik dalam bentuk gambar maupun patung boleh dipergunakan di dalam misa atau tidak. Sebenarnya sejumlah umat kristen tak mampu membedakan antara penggunaan gambar dan patung sebagai alat bantu dan sebagai objek pemujaan, lalu mereka terjebak ke dalam pemujaan bentuk-bentuk imaji itu secara berlebihan.
Leo Isaurianus sangat menentang pemujaan imaji. Ia mengutip Firman Keempat dan mengaitkannya pada dasar otoritasnya sendiri dalam masalah keagamaan. Patriarkh Konstantinopel menolak bulat-bulat pemikiran itu. Hal ini menimbulkan demonstrasi besar-besaran dan muncul wacana untuk menyingkirkan Leo III dari tahtanya.
Kontroversi ini mengundang sebuah persoalan lama, yakni kebebasan agama. Di Byzantium kaisar dapat mendikte gereja, tetapi di Barat orang tidak akan mau menyerahkan kekuasaan seperti itu kepada raja. Setelah peristiwa itu gereja tetap terpisah dan bebas dari organisasi politik. Oleh karena itu gereja menjadi badan utama dalam pembentukan watak yang khas kebudayaan zaman pertengahan. 
Kepausan dan Wangsa Karoling
Dalam perkembangan selanjutnya kedudukan kepausan di Italia terancam oleh orang-orang Lombardia. Hal ini membuat Paus khawatir jangan-jangan raja itu kan bertahta di Roma dan mendikte kebijakan gereja. Situasi ini menarik perhatian para bangsawan Karoling di Frankland. Paus meminta bantuan kepada Charles Martel yang seorang keluarga Karoling. Namun karena ia sangat berhati-hati, maka ia ragu untuk pergi ke Italia untuk berperang melawan Lombardia.
Namun permintaan itu kemudia ditanggapi oleh Pepin si Pendek, anak Charles Martel. Tetapi ia juga meminta bantuan ke-pausan untuk mengakhiri hubungan yang ganjil antara raja Meroving dan dirinya. Paus langsung memeberi jawaban, ia menyatakan bahwa adalah benar jika Pepin menjadi raja bukan hanya secara formal tetapi juga “de facto”. Ambisi Pepin pun terpenuhi, pada 751 di Soissons para bangsawan Frank mengangkatnya ke singgasana kerajaan.
Kemudian Paus Stephanus II menagih janji kepada raja yang baru diangkat itu. Pepin pun membuktikan janjinya itu dengan dua ekspedisi ke italia, tahun 754 dan 756. Keduanya berhasil dan kemudian memunculkan Negara Kepausan (Papal State) di Italia,  dengan Paus sebagai kepalanya.
Dengan didirikannya negara kepausan maka bahaya dapat ditekan dan kemerdekaan gereja dapat terjamin.
Karel Agung
          Pepin meninggal pada tahun 768 dan diteruskan oleh Karel Agung, yang memerinyah pada 768 hingga 814. Karel Agung tidak hanya memerintah orang-orang Frank di Rhein dan Pyrenia, tetapi juga orang-orang Lombardia di Italia, yang ia taklukkan  pada 774. Bahkan negara Kepausan juga dibawah kendalinya.
          Di bawah kepemimpinannya, bala tentara Frank menaklukkan orang-orang Saxon di Jerman utara yang terbentang antara Sungai Elbe dan daerah-daerah yang dihuni orang-orang Friss. Lalu mencaplok daerah yang diduduki orang-orang Bavaria. Di Spanyol, batas wilayah kekuasaannya terbentang antara Sungai Ebro hingga pegunungan Pyrenia, termasuk kota Barcelona. Pada masa itu Karel Agung dipandang sebagai raja yang dapat disejajarkan dengan para kaisar Romawi kuno. Pembandingan ini biasanya mengundang suatu perasaan rindu akan kejayaan masa lampau. Kerinduan ini agaknya yang mendorong hasrat untuk memulihkan kembali Imperium Romawi.
          Muncul kekacauan di Negara Kepausan pada masa itu. Walaupun Karel agung memiliki otoritas yang jelas atas Paus, ia tak berhak mencampurtangani urusan kepausan, Paus memiliki otoritas penuh dalam pengambilan kebijakan politiknya. Tetapi kemerdekaan Paus itu sering diganggu oleh para bangsawan yang ambisius yang memanfaatkan gereja demi kepentingan mereka. Karel Agung dimintai paus untuk mengembalikan otoritasnya, dan Karel Agung memberikan itu. Pada hari natal tahun 800, Karel Agung diberi mahkota oleh Paus, ini menambah kewibawaannya. Bagaimanapun juga, ini tidak memberi tambahan kekuasaan secara berarti, serta tidak meninggalkan sumber-sumber ekonominya, karena tidak ada pajak dll. Akan tetapi ini dipandang sebagai kebangkitan kembali kekaisaran Romawi, dan inilah awal tegaknya sebuah institusi yang begitu mashyur, yaitu Imperium Romawi Suci. Meskipun imperium ini hanya memiliki kekuatan militer dan finansial yang terbatas, tetapi ia merupakan hal yang berarti dalam kehidupan dan pemikiran generasi selanjutnya.
          Walaupun dibangun dengan harapan akan masa depan yang gemilang, imperium baru ini agaknya tidak ditakdirkan untuk bertahan lama. Terjadi perebutan warisan antara ketiga cucu Karel Agung, mereka adalah Lothaire, Louis dan Charles. Akhirnya ketiganya membagi imperium ini berdasar Traktat Verdun (843). Ternyata tercapainya perjanjian diatas bukan merupakan akhir pertikaian. Akhirnya dua kerajaan yakni Prancis dan Jerman, muncul. Tapi keduanya tak lebih dari bayang-bayang kebesaran Karoling.
          Banyak sisa-sisa institusi Karoling tetap bertahan, yang ternyata cukup berarti bagi masa depan sejarah Eropa barat, yakni biara dan gereja. Karel Agung adalah orang mempunyai minat besar pada agama, yang membuatnya dekat dengan para gerejawan. Seperti ayahnya, Karel Agung sangat berhasrat menyebarluaskan agama kristen.
Sekolah-Sekolah Irlandia
          Renesans yang sering dihubungkan dengan nama Karel Agung (sehingga menjadi Renesan Karoling) dibangun atas dasar karya-karya Boethius, Cassiodorus, Isidore dari Seville dan terutama hasil sekolah-sekolah Irlandia. Sekolah Irlandia berpengaruh luas dalam kehidupan intelektual Eropa ketika gereja Kelt atau Irlandia bergabung ke dalam gereja Roma. Orang-orang Irlandia adalah umat kristen yang saleh, taat secara mendalam pada ajaran Kristen, setelah mereka di konversikan oleh St Patrick. Dua model sekolah yang terkenal adalah di St. Gallen dan Roichenau di Swiss, yang para siswanya terkenal rajin belajar.
Sekolah-sekolah Anglo-Saxon
          Baik para missionaris Irlandia maupun Inggris telah memperkenalkan obor pengetahuan di Northumbria setelah konversi yang dilakukan oleh St. Paulinus pada 627. Di Canterbury, tempat St. Augustinus memulai karya misinya, terdapat sekolah bagus yang dibangun oleh Benedictus Biscpop. Buku pengetahuan semenjak keruntuhan Romawi bisa diselamtkan. Northumbria melahirkan sarjana terkemuka pada Zaman Kegelapan, yaitu Bede (735). Karya tulisnya mencakup hal-hal yang dipelajari dalam trivium dan quadrium. Ada satu karya monumental Bede, Ecclesiastical History of the English People, hingga kini masih disebut-sebut. Dalam karya ini Bede menceritakan hal-hal yang ajaib, dengan cermat ia catat kapan informasi tentang desas-desus itu ia peroleh.
Sekolah-sekolah Karel Agung
          Sekolah-sekolah ini merasakan pengaruh yang berarti dari sekolah-sekolah Irlandia dan Inggris. Para murid dididik untuk dipersiapkan menjadi Uskup dan kepala biara.
Para sarjana karoling: Alcuin
          Karel Agung sering mengundang sarjana terbaik pada zamannya ke istananya. Diantaranya Paul Deacon dan Angilbert. Tetapi yang paling terkemuka adalah Alcuin. Alcuin menguasai trivium dan quadrium. Selain, tentu saja, menguasai Kitab Injil.

Eginhard
          Karya tulis terbesar dari Zaman Karoling adalah karya Eginhard, yang berjudul Life of Charlemagne, Eginhard pada mulanya adalah salah seorang murid di Sekolah Istana, kemudian menjadi penasehat, sahabat, dan Sekretaris Karel Agung. Karyanya tentang biografi Karel Agung mengikuti model karya Suetonius, Lifes of the Caesars.

0 komentar:

Posting Komentar

Kalau udah dibaca mohon sisipkan komentar ea :D
untuk kemajuan blog saya
terimakasih :D